"Yah, aku dibeliin PS-2 donk.." rajuk Daffa, anakku yang pertama, disela-sela makan siang kami di sebuah warung padang.
Untuk kesekian kalinya Daffa minta dibelikan PS-2, game yang hanya bisa dimainkan-nya ketika dia bermain di rumah Evan atau Jordan di hari libur sekolah.
Selintas aku melirik istriku yang duduk persis disebelahku, tidak ada reaksi karena sibuk dengan Rafi yang mencoba meraih teh botol diatas meja.
Siang itu kami berencana untuk mengunjungi ayah dan ibuku (yang dipanggil engkong dan nyai oleh Daffa) di Cipondoh. Perut yang lapar karena tidak sempat makan lagi di rumah, membuat kami mampir di tempat makan favorit-nya Daffa, rumah makan padang. Ternyata tidak gampang mencari warung padang yang buka di hari lebaran haji.
Setelah melewati beberapa warung padang yang tutup di sepanjang jalan menuju Cipondoh, akhirnya kami menemukan warung padang kecil yang berbaik hati tetap buka dihari libur muslim.
"Memang PS-2 harganya berapa, Ka ..?" tanya-ku sambil mencocol daun singkong dengan sambel ijo khas padang.
"Kalo PS-2 itu 2 juta, Yah..." jawab Daffa cepat.
"Oo, gitu... kalo PS-1 berapa ?"
"Kalo PS-1 ya... 1 juta " jawabnya dengan muka sok tahu.
"hehehe, kalo gitu kita beli PS-nol aja Ka, harganya-kan nol juta..." ledek-ku dengan senyum kemenangan.
"Yaaa, mana ada PS-nol Yah. yang bagus tuh PS-2. kemaren aja aku main dirumah Evan, aku menang Yah. Aku-kan pake Nissan GTR, Evan pake Ferrari F430. eeh, mobil Evan aku ancurin Yah..." cerita Daffa dengan penuh semangat.
"Kalo PSP berapa Ka ..?" istriku yang sudah selesai makan dan menggantikan-ku memangku Rafi ikutan nimbrung.
"PSP-mah kecil Mi, PS-2 aja bagus..." jawab Daffa masih dengan semangat 45.
"Memang kalo ayah beliin PS-2, kakak mo ngasih hadiah apa buat ayah ?" pertanyaan pancingan yang sangat dihapal istriku.
"Hmmm, mulai deh coaching-coachingan lagi..."guman istriku sambil senyam-senyum tanpa arti.
"Ntar aku kasih gambar, Yah. Aku sekarang udah bisa gambar Honda CRX" jawab Daffa dengan bangga.
"Gak mau gambar ah, yang lain donk" tolak-ku.
"Yaa, aku kan gak punya uang Yah. Aku bikinin kartu aja ya..."
Kartu yang dimaksud Daffa adalah selembar kertas yang disobek dari bukunya, kemudian ditulis "Daffa sayang Ayah" atau "Kakak sayang Mimi dan ade Rafi" plus tanpa ketinggalan gambar mobil favoritnya.
"Ah, sudah banyak kalo kartu mah. Boseeen, yang lain donk Ka" desak-ku, sambil tertawa kecil dalam hati.
"apa donk Yah, aku nggak tau nih" tanya Daffa sambil merebahkan kepalanya diatas meja. Terdengar pasrah dan sangat-sangat lucu, untuk ukuran anak kecil berusia 7 tahun seperti dirinya. Hehehehe, ternyata mikirnya serius nih.
"Ya udah kalo gitu yang biasa kakak kerjain setiap hari aja, yang gak usah ngeluarin duit" kataku mencoba membantu memberikan jalan keluar untuk Daffa.
"Menggambar Yah" jawab Daffa sambil mengangkat kepalanya kemudian bersandar di kursi yang didudukinya.
"Selain gambar, apalagi Ka ?" tanya-ku terus menggali.
"Main mobil sama gambar aja Yah !" jawab Daffa setelah berpikir beberapa detik.
Sementara itu cuaca diluar semakin panas, mobil yang berseliweran sepanjang jalan raya yang menghubungkan Ciledug - Warung Mangga tampak berlari tergesa-gesa menghindari teriknya matahari siang. Samar-samar tercium harumnya aroma daging kambing panggang yang tertiup terbawa angin. Rupanya pembagian daging kurban sudah dilakukan dan pesta sate kambing masal sudah dimulai.
"Gambar mobil kakak bagus-bagus ya...?" tanyaku kepada Daffa yang keliatan sedang sibuk mikir. Sebuah pertanyaan retorik, huh
"Iya Yah, bagus - bagus. Si Arul tuh yang sering minta digambarin sama aku"
"Kok bisa bagus sih gambarnya Ka ?" aku terus kejar, sedikit lagi nih...
"Aku-kan liat di majalah, Yah. Sama nonton discovery turbo"
"Terus dari mana lagi, Ka... kok kakak bisa nulis dan nggambar bagus-bagus sih ..?" hihihi, pepet terusss pikirku.
"Dari sekolah, Yah"
YESSS ! kena nih ...
"Emang kakak kalo di sekolah ngapain aja ?" Tanyaku sambil melirik istriku yang sedang memperhatikan obrolan kami dengan muka bingung.
"Ya, belajar-lah Yah..."
"Nah, kalo ayah beliin kakak PS-2, Kakak ngasih apa untuk ayah niih ...?"
sekali lagi aku bertanya dengan pertanyaan yang sama diawal perbincangan. Jebakan batman telah dipasang... treteteeet.
Posisi duduk Daffa yang tadinya bersandar, kemudian berubah tegak dengan kedua tangan bersilang diatas meja.
"Aku mo ngasih nilai yang bagus Yah" jawab Daffa semangat. wakakakakaka, aku tertawa dalam hati.
"Nilai yang bagus itu berapa ?" tanyaku lagi.
"Delapan, sembilan sama sepuluh Yah !. Terus aku mau jadi rangking satu deh !" jawab Daffa sambil mengangkat kedua tangannya keatas.
Sebuah jawaban luar biasa, bahkan melebihi perkiraanku sebelumnya.
"ya udah kalo gitu. Nanti kalo kakak nilainya delapan, sembilan, sepuluh dan dapet rangking satu, baru dapet hadiah PS-2 dari ayah..." kataku menyimpulkan.
"Iya Yah..." jawab Daffa dengan polos
"Kalau begitu, kita toss dulu donk" kataku sambil mengangkat tangan kanan dan merentangkan telapak-nya, yang segera saja disambut dengan cepat oleh Daffa.
Huff, TOSS !!!
"gimana mi ?" tanyaku kepada istriku yang sedang membereskan isi dompetnya yang berantakan karena dikeluarkan Rafi.
Sambil geleng-geleng kepala, istriku menjawab "Kok, bisa nyambung ya ?. Aku aja tadi nebak-nebak ini arahnya kemana sih. Pusing ah.."
"hehehehe, kakak aja gak pusing, masa kamu pusing Mi..." ledek-ku sambil meraih Rafi dari pangkuan istriku dan memeluknya.
"Ayo Kak, kita ke rumah engkong sekarang...."
Kami-pun melanjutkan perjalanan kembali melintasi Jalan raya Cipete menuju Cipondoh dibawah mentari yang semakin terik.
Cipondoh, 16 November 2010